Rekamfakta.com, Kota Gorontalo – Kegiatan seleksi Lomba FLS2N (Festival Dan Lomba Seni Siswa Nasional) MKKS (Musyawarah Kerja Kepala Sekolah) tingkat Kota Gorontalo yang diselenggarakan di SMAN 1 Kota Gorontalo Pada tanggal 23 Juli 2020 Menuai Protes dari beberapa peserta lomba. Pasalnya Lomba tahun ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, dimana tahun kemarin lomba dilaksanakan secara live (Tatap Muka Langsung).
Tahun ini berbeda, karena mengikuti protokol Covid19 jadi setiap peserta hanya mengirimkan video dan proses penjuriannya Dewan Juri menonton video peserta lewat komputer dan dibantu alat dengar (Headset), Nah persoalan nya pada proses penilaian, dimana pada cabang Baca Puisi. Pada rekaman video sangat jelas ada pada salah satu bagian naskah/teks dirubah. Contohnya peserta Dari SMA lain Kota Gorontalo, yang seharusnya pada Naskah tertulis “Layar Merah Terkibar Hilang Dalam Kelam” Menjadi, “Layar Merah Berkibar Hilang Dalam Kelam”. Ada juga peserta lainnya merubah pada Naskah/Teks “Belum Bertunas Kecewa Dan Gentar Belum Ada” di ucapkan Menjadi “Belum Bertugas Kecewa Dan Gentar Belum Ada”.
Pada Tahun ini pula melibatkan 2 orang juri yang sama pada kegiatan lomba FLS2N tingkat MKKS Kota Gorontalo Tahun lalu, yang di adakan di SMAN 3 Kota Gorontalo, dimana salah satu peserta Lomba Baca Puisi (SMA) tingkat MKKS Kota Gorontalo tidak mendapatkan juara, hanya karena salah pengucapan, yang seharusnya tertulis pada naskah “Masjid” Saya membacanya “Mesjid” karena salah baca itulah saya tidak mendapatkan juara dan saya sempat bertanya kesalahan saya kepada Juri tetapi Juri malah menjelaskan bahwa salah pengucapan atau merubah Naskah/Teks dalam baca puisi itu merupakan kesalahan fatal atau bisa di diskualifikasi.
Namun tahun ini terjadi kesalahan yang sama seperti tahun lalu bahkan tahun ini kesalahan pengucapan Naskah itu lebih parah, Karena merubah naskah/teks tetapi tetap di paksakan dan di nobatkan sebagai Pemenang atau Juara. Lebih parah lagi tahun lalu peserta baca puisi utusan mkks Kota Gorontalo ke tingkat provinsi tidak sama sekali mengikuti lomba baca puisi saat seleksi di tingkat MKKS kota Gorontalo, Padahal pada lampiran keputusan dewan juri di sebutkan bahwa peserta yang ditetapkan sebagai pemenang yang mewakili tingkat provinsi, jika pemenang satu berhalangan maka yang di utus adalah pemenang kedua dan seterusnya, bukan malah peserta lain yang tidak sama sekali mengikuti lomba. Ujar salah satu peserta yang kecewa dengan sistem penilaian para Juri.
Kapasitas saya yang keberatan pada lomba baca puisi tahun ini, saya termasuk peserta yang merasakan proses penilaian dengan kasus yang sama dan di tahun ini juga saya termasuk melatih salah satu peserta Baca Puisi. Persoalannya bukan siapa pemenang tapi konsistensi aturan penilaian, itu yang menjadi pertanyaan, dan imbasnya ini sangat mengecewakan peserta yang tampil pada lomba Baca Puisi. tutur Kikal Dilapangga saat di wawancari oleh Awak Media.
Dasar keberatan kiki karena ia memiliki rekaman video peserta Baca Puisi pada kegiatan kegiatan-kegiatan seperti ini, harapannya tolong hadirkan Juri yang betul betul Profesional, teliti dan juga Paham dengan apa yg di lombakan serta apa yang sementara dinilai. (red/RF)