Rekamfakta.com, Minahasa Selatan – Apapun dilakukan orang asal dapur tetap ngebul, kiasan ini sering terdengar di telinga kita yang berarti melakukan usaha untuk mempertahankan agar kebutuhan rumah tangga terpenuhi. Untuk membuat dapur ngebul, tentunya membutuhkan gas sebagai barang penting yang menjadi sumber api untuk menyalakan kompor. Mungkin sebagian orang belum tahu, bahwa perjalanan gas itu dimulai dari sumber minyak, kemudian diberi tekanan tertentu ( pressurized ) / treatment suhu tertentu ( refrigerated ) sehingga menjadi Liquified Petroleum Gas atau yang akrab disebut LPG. LPG kemudian dikapalkan salah satunya ke Terminal LPG sebagai storage.
Sulawesi Utara, Provinsi berpenduduk lebih dari 2,5 juta jiwa memiliki storage baru dengan usia kurang dari 2 tahun yakni Terminal LPG Sulawesi Utara yang terletak di Jalan Trans Sulawesi, Kecamatan Tenga, Kabupaten Minahasa Selatan. Dibangun pada lahan seluas 7,4 hektar, Terminal LPG ini menjadi awal perjalanan LPG di Provinsi Sulawesi Utara.
Terminal LPG ini dioperasikan perdana pada 13 Desember 2018. Terminal LPG ini dibangun untuk menjaga ketahanan stok LPG di Sulawesi Utara dan Sebagian Gorontalo.
Sebelum dibangun, selama ini supply LPG mengandalkan pola ship to ship dari Kalbut ke SPPEK di Bitung dan SPPEK di Gorontalo.
Semenjak Terminal LPG ini dibangun, Sulut memiliki diversifikasi supply point selain SPPEK Bitung. Suplai LPG dari Kalbut langsung dikapalkan ke Terminal LPG Sulut, kemudian perjalanan berlanjut via darat melalui distribusi menggunakan mobil skid tank untuk mengantarkan LPG Curah ke Stasiun Pengisian dan Pengangkutan Bulk ELPIJI (SPPBE) di Provinsi Sulawesi Utara bahkan sampai ke Provinsi Gorontalo. Skema ini menghemat biaya pengangkutan dibanding dengan sebelumnya.
Terminal LPG Sulut memiliki 2 tangki LPG berbentuk spherical tank, berkapasitas 2 x 1.000 metrik ton dan mampu menerima kapal 3.500 DWT. Sehari-harinya Terminal LPG ini melayani 18-25 penyaluran skid tank per hari dengan total 250 metrik ton (MT).
Terminal ini dioperasikan oleh PT Elnusa Petrofin (Pertamina Group) dengan skema kerja sama operasi (KSO) selama 10 Tahun, untuk kemudian dialih kelolakan ke PT. Pertamina (Persero) sepenuhnya setelah itu.
Karena tergolong baru, Terminal LPG ini telah menerapkan teknologi terkini, diantaranya adalah Jembatan Timbang berkapasitas 60 MT yang menerapkan Terminal Automation System (TAS), untuk mengukur berat Mobil Skid Tank yang keluar setelah dilakukan pengisian. Ini dilakukan untuk memastikan volume LPG yang dibawa sesuai dengan kapasitas yang seharusnya. Mempunyai Automatic Tank Gauge dan Magnetic Level Gauge untuk mengukur kapasitas Tanki agar termonitor pada live dashboard.
Pulau Sulawesi sendiri memiliki 4 Terminal LPG yang terletak di Makassar 2 instalasi, 1 di Minahasa Selatan dan 1 di Donggala dan 3 SPPEK untuk Supply Point di Kendari, Bitung dan Gorontalo yang dioperasikan oleh pihak ketiga.
Unit Manager Comm, Rel & CSR PT Pertamina MOR VII Laode Syarifuddin Mursali mengatakan dibangunnya Terminal LPG Sulut ini untuk mendukung ketahanan energi di Sulawesi Utara dan sebagian Gorontalo. Selama Pandemi COVID-19 Terminal LPG Sulut menerapkan Protocol COVID-19 secara ketat. Setiap orang yang masuk mulai dari Awak Mobil Skid Tank sampai dengan tamu perusahaan wajib menunjukkan hasil rapid test yang masih berlaku.
“Seluruh instalasi Pertamina menerapkan Protocol Covid-19 secara ketat, bahkan untuk AMT dibuatkan skema penyaluran dibawah jam 5 sore untuk menjaga imun AMT, namun tetap mengoptimalkan penyaluran untuk ketahanan energi.” tutur Laode.
(0N4L/RF)