Berita  

Tuduhan terhadap Intelijen di Kasus Asrama Papua Dinilai Spekulatif, Pengamat Minta Investigasi Objektif

Pengamat Hukum Saharuddin Dahlan (Doc. Rekam Fakta)
banner 120x600

Rekam Fakta, Gorontalo – Pengamat intelijen Dr. (Chand) Saharuddin Dahlan angkat bicara terkait tudingan sejumlah mahasiswa Papua di Gorontalo yang menuduh aparat intelijen sebagai dalang di balik insiden teror di Asrama Cendrawasih. Ia menilai tuduhan tersebut terlalu dini dan perlu dikaji ulang secara objektif dengan mengedepankan bukti, bukan asumsi.

“Menuding institusi negara seperti intelijen tanpa data yang sahih sangat berbahaya. Apalagi hanya berdasarkan simbol atau waktu kejadian, itu bisa menyesatkan opini publik,” ujarnya kepada media, Selasa (30/4).

Menurutnya, narasi yang berkembang saat ini terkesan emosional dan bisa memperkeruh situasi, apalagi jika tidak ditindaklanjuti dengan proses hukum yang adil dan transparan. Ia juga mengingatkan bahwa menjelang 1 Mei—tanggal yang kerap dikaitkan dengan isu Papua—banyak aktor berkepentingan bisa saja memanfaatkan momen untuk memprovokasi dan memecah belah mahasiswa dengan aparat.

“Dalam situasi seperti ini, semua pihak harus menahan diri. Jangan sampai kepentingan kelompok tertentu justru memicu konflik horizontal yang merugikan kita semua,” tegasnya.

Dr. Saharuddin juga menegaskan pentingnya perlindungan terhadap mahasiswa Papua sebagai bagian dari masyarakat akademik Indonesia. Ia mendorong pemerintah daerah dan aparat keamanan untuk menjamin hak mereka dalam belajar, berekspresi, dan merasa aman.

Sementara itu, seorang akademisi dari salah satu universitas ternama di Gorontalo turut mendesak kepolisian dan Komnas HAM untuk segera turun tangan melakukan investigasi independen dan transparan. Langkah ini dinilai penting guna merespons keresahan mahasiswa serta memulihkan kepercayaan publik terhadap aparat penegak hukum.