Berita  

Penambang Suwawa Melawan: “Nyawa Jadi Taruhan, WPR Jadi Tuntutan”

Tokoh Penambang Saat Audiensi Dengan Gubernur Gorontalo (Doc. Rekam Fakta)
banner 120x600

Rekam Fakta, Gorontalo – Suasana hangat namun penuh ketegasan mewarnai pertemuan antara para tokoh penambang dari Bone Bolango dengan Gubernur Gorontalo pada Jumat (2/5/2024). Dalam pertemuan tersebut, para tokoh penambang secara terbuka menyampaikan apresiasi kepada Pemerintah Provinsi Gorontalo, namun sekaligus mengangkat sorotan tajam terhadap manuver investor, khususnya pihak GM, yang dinilai makin menekan ruang hidup para penambang rakyat.

Usman Hulupi, atau yang lebih dikenal sebagai Ayah Imbo, memulai pernyataannya dengan nada hormat namun lugas. Ia menyampaikan apresiasinya kepada Gubernur Gorontalo yang telah membuka ruang dialog dengan masyarakat penambang. “Selama ini belum pernah ada gubernur yang berdiri seberani ini untuk kami. Ini bukan sekadar dukungan, ini keberpihakan nyata. Gubernur yang pro di atas pro,” ujarnya.

Namun Ayah Imbo langsung menyorot tindakan GM yang memasang baliho larangan aktivitas di titik bor 1, 3, dan 9 di wilayah tambang Suwawa. “Ini bukan soal baliho semata. Ini upaya sistematis mengusir kami dari tanah kami sendiri. Jangan sampai pemerintah di Gorontalo diakali oleh GM atau investor lainnya. Mereka datang hanya untuk mengeruk. Kalau sudah habis, mereka tinggal pergi. Yang tertinggal hanya lubang dan kemiskinan,” tegasnya dengan nada keras.

Ayah Imbo juga mengingatkan bahwa tindakan sepihak oleh investor bisa memicu konflik horizontal di lapangan. “Ini bukan sekadar bisnis, ini soal harga diri dan kehidupan masyarakat. Jangan main-main,” ujarnya.

Senada dengan itu, Fajar Wartabone, tokoh lain penambang Suwawa, menyampaikan seruan keras agar wilayah tambang Suwawa segera ditetapkan sebagai Wilayah Pertambangan Rakyat (WPR). “Kami bukan pencuri, kami bekerja demi bertahan hidup. Pemerintah harus segera mengambil sikap. WPR adalah solusi legal dan manusiawi bagi rakyat,” ujar Fajar.

Fajar juga menyatakan dengan tegas bahwa mereka tidak akan meninggalkan titik bor 1, 3, dan 9 meskipun harus mempertaruhkan nyawa. “Hidup dan mati kami di tanah itu. Kalau investor mau ambil semua, kami akan berdiri di depan. Jangan pikir kami akan mundur,” katanya lantang.

Fajar turut mengapresiasi langkah Bupati Bone Bolango yang menyatakan dukungan terhadap perjuangan masyarakat penambang. “Kami lihat ada harapan. Tapi jangan sampai harapan ini dipatahkan oleh tekanan investor dan aparat,” tambahnya.

Terakhir Fajar menyampaikan bahwa pertemuan ini menjadi titik penting dalam narasi panjang pertarungan antara penambang rakyat dan korporasi besar.

“Masyarakat penambang kini menunggu sikap tegas dari Pemerintah Provinsi dan pusat untuk tidak tunduk pada tekanan modal, tetapi berpihak pada keadilan dan kelangsungan hidup rakyatnya sendiri”, Tutupnya.